Senin, 02 Januari 2012

Lyric Onara

오나라(onara)

오나라 오나라 아주 오나 (와라와라 그렇다고 아주오냐)
o na ra o na ra a ju o na (wa ra-wa ra geu reo ta go aju o nya)
Datanglah! Datanglah! Datanglah untuk tinggal. (Apakah ia akan datang, kalau aku yang memintanya?)

가나라 가나라 아주 가나 (가라가 그렇다고 아주가냐)
ka na ra ka na ra a ju ka na (ga ra ga geu reo ta go a ju ga nya)
pergilah! pergilah! Pergilah untuk selamanya. (Apakah dia akan pergi, jika aku yang memintanya?)

나나니나여도 못 노나니 (나나니 다려도 못노나니 )
na na ni ta ryo do mou no na ni (na na ni da ryeo do mon no na ni)
Bahkan jika kita terbang melewati semuanya, kita tetap tidak bisa bersama. (Bahkan jika aku menunggu seribu tahun, kita takkan pernah bisa bersama)

아니리 아니리 아니노네 (아니야아니야이것도아니야 )
a ni ri a ni ri a ni no ne (a ni ya a ni ya i geot tto a ni ya)
Tidak! Tidak! Kita tidak bisa tinggal bersama! (Tidak, tidak, kita tidak akan pernah bisa)

헤이야 디이야 헤이야 나라니노
he i ya di i ya he i ya na ra ni no
La la la (Korea "choo-im-sae", seperti senandung dalam lagu)

오지도 못하나 다려가마 (오지도못하니까나도가마)
o ji do mo ta na ta ryo ka ma (o ji do mo ta ni kka na do ga ma)
Meskipun kau tidak akan datang, aku akan pergi! (Kau(tuhan) mungkin membawaku juga pergi dari sini, sejak dia tidak akan datang)

헤이야 디이야 헤이야 나라니노
he i ya di i ya he i ya na ra ni no
La la la

오지도 못하나 다려가마
o ji do mo ta na ta ryo ka ma
Meskipun kau tidak akan datang, aku akan pergi!

Makanan yang Pantang Dimakan Ibu Hamil

KITA sering mendengar banyak pantangan makanan bagi wanita hamil. Ada yang bilang makanan itu dapat memengaruhi kesehatan bayi. Ada pula yang bilang dapat mengakibatkan keguguran. Memang, tak semua informasi itu benar. Tak sedikit pula yang menyatakan pantangan itu sebagai mitos. Namun, banyak pantangan makanan yang telah diuji dan diperkuat secara medis. American Pregnancy Association (APA) menyebutkan sembilan makanan yang tak boleh dikonsumsi saat hamil:

Daging atau Ikan Mentah

Hobby makan sushi tampaknya harus ditunda dulu ya. Daging atau ikan yang dimakan tanpa dimasak terlebih dahulu sangat beresiko mengandung bakteri berbahaya seperti toxoplasma dan salmonella.

Ikan Bermerkuri

Memang tidak mudah membedakan ikan dengan kandungan merkuri yang tinggi. Namun, Anda sebaiknya menghindari makanan-makanan kalengan atau tidak terlalu sering mengonsumsinya.

Telur mentah atau setengah matang

Sangat tidak dianjurkan untuk mengonsumsi telur mentah ataupun setengah matang. Bakteri Salmonella pada umumnya tinggal di sana sangat berbahaya bagi kandungan.

Aneka saus berbahan dasar telur mentah

Karena telur mentah atau setengah matang menjadi pantangan, maka salad dressing, mayonaise, ice cream homemade, custard, ataupun cream kue sebaiknya dihindari. Coret semua menu makanan yang mengandung telur mentah dari daftar menu makan Anda.

Soft Cheese

Keju-keju impor juga sebaiknya dihindari karena ditengarai bahwa keju impor mengandung bakteri yang disebut Listeria. Bakteri ini cukup berbahaya karena bisa menyebabkan pendarahan, hingga keguguran.

Susu non-pasteurisasi

Sama halnya dengan soft cheese, susu non-pasteurisasi juga ditengarai membawa bakteri Listeria.

Kafein

Beberapa studi mungkin memperbolehkan wanita hamil mengonsumsi kafein. Namun, menurut studi yang ditemukan APA mengatakan bahwa kafein sangat berpengaruh terhadap keguguran, terutama pada usia kehamilan trisemester. Kafein merupakan zat yang memicu untuk berkemih. Sehingga tubuh menjadi lemah, mudah dehidrasi, dan kekurangan kalsium. Saat ini, dunia medis membatasi pengonsumsian kafein tidak lebih dari 300mg per hari untuk mencegah keguguran tersebut.

Alkohol

Minuman ini sudah lama masuk dalam daftar TIDAK BOLEH DIKONSUMSI bagi wanita hamil. Seperti diketahui, alkohol sangat berbahaya bagi siapapun yang tidak hamil. Ancaman alkohol selain berbahaya bagi ginjal dan jantung, juga berbahaya bagi seluruh bagian tubuh lainnya. Alkohol bisa dikatakan sebagai racun, yang akan mengacaukan sistem syaraf jika dikonsumsi secara terus menerus. Pada ibu hamil dan menyusui, alkohol dapat menyebabkan gangguan mental pada bayi, dan gangguan kehamilan lainnya.

Sayuran mentah

Tak hanya ikan dan daging, sayuran mentah juga sebaiknya dihindari. Selain ancaman toxoplasma, pestisida yang dibawa oleh sayuran akan mengganggu perkembangan bayi di dalam kandungan. Sehingga pastikan semua sayuran yang Anda konsumsi dalam keadaan matang.

CIRI-CIRI ANAK JENIUS

Beberapa Ciri Anak Jenius menurut Joseph Renzulli dalam blog e-psikologi , anak yang jenius itu memiliki ciri-ciri mental sebagai berikut:

1. Punya kemampuan yang luar biasa (above-average) dalam bentuk kelebihan di bidang tertentu atau di bidang umum

2. Punya kemampuan yang bagus dalam menangani suatu tugas dengan komitmen dan motivasi yang luar biasa

3. Punya kreativitas yang luar biasa hebatnya

Selain punya ciri-ciri mental di atas, hasil study Dr. Linda Silverman (1997-2007) dalam blog e-psikologi, direktur Gifted Development Center, Canada, mengungkapkan ciri-ciri lain, seperti di bawah ini:

* Punya kemampuan bernalar yang bagus

* Bisa belajar dengan cepat

* Punya perbendaharan kata yang luas

* Punya kemampuan mengingat yang bagus

* Bisa konsentrasi lama pada hal-hal yang menarik bagi dirinya

* Sensitif perasaannya dan mudah merasa “tertusuk”

* Cepat menunjukkan rasa peduli

* Perfeksionis

* Intensif

* Punya kepekaan moral

* Punya rasa ingin tahu yang tinggi

* Punya minat yang kuat

* Punya stamina yang bagus

* Lebih suka bergaul dengan yang lebih tua / dewasa

* Punya banyak minat di beberapa hal

* Lucu dan “gemesin”

* Suka membaca

* Perhatian terhadap rasa keadilan dan fairness

* Bisa mengambil keputusan dengan matang untuk anak yang seusianya

* Suka mengamati

* Gemar berimajinasi

* Punya banyak akal

* Cenderung suka mempertanyakan otoritas

* Punya kecakapan dalam hitung-menghitung

* Bagus dalam permainan jigsaw puzzles atau yang semisalnya

Bagi kita yang melihat anaknya menampilkan sebagian atau keseluruhan ciri-ciri atas, perlu kita baca sebagai petunjuk untuk mengungkap atau perlu kita syukuri dengan memfasilitasinya, bukan memupuskannya. Kata Buckminster Fuller, yang paling sering memupuskan kejeniusan anak-anak adalah orang dewasa di sekitarnya. Banyak orangtua yang malah bingung melihat anaknya yang sensitif dengan otoritas, misalnya protes terhadap keadilan atau perlakuan yang fair. Padahal, itu bisa kita baca sebagai petunjuk jangan-jangan kita dikasih rejeki anak yang hebat melebihi kita. Siapa tahu ‘kan? Sebab, jika melihat fakta di lapangan, seringkali anak jenius itu dilahirkan Tuhan dengan sebab-sebab yang sangat tersembunyi. Ada yang lahir dari keluarga gedongan, tapi ada juga yang lahir di rumah kontrakan. Ada yang lahir dari orangtua terdidik, tapi ada yang tidak. Dan seterusnya dan seterusnya.

Oleh karena itu jika kita mempunyai putra yang mempunyai ciri tersebut diatas, maka yang wajib kita lakukan adalah

1. Mengarahkan bukan mengatur

2. Membimbing bukan mendikte

3. Beri kesempatan berkreatifitas bukan mematikan kreatifitas

4. Memfasilitasi kebutuhannya bukannya melarang dan menakutinya

5. Beri kesempatan berbicara bukan membatasiny

Rekayasa Keajaiban Otak Anak Dengan Stimulasi

Bagaimana bayangan Anda terhadap anak-anak cerdas dan genius? Apakah Anda mengira anak-anak itu secara genetik sudah berotak encer dan tidak perlu diajari lagi?

Generasi unggul tidak tumbuh dengan sendirinya. Laju tumbuh kembang dan tingkat inteligensia seorang anak sebenarnya tidak dipengaruhi oleh faktor keturunan saja. Ada tiga faktor yang saling memengaruhi, yaitu genetik atau keturunan, faktor lingkungan, dan faktor gizi.

Faktor genetik, meski tidak bisa kita ubah, hanya berkontribusi sekitar 30 persen saja. Sisanya, faktor gizi dan lingkungan (pengasuhan dan stimulasi), bisa dirangsang sebelum dan sesudah si kecil lahir.
Para ahli menemukan bahwa 20 persen tingkat kecerdasan terbentuk di dalam kandungan. Menurut dr Koesnadi Rusmil SpA (K), sel-sel otak janin terbentuk sejak usia tiga bulan dalam kandungan dan berlanjut sampai anak berusia tiga hingga lima tahun. Jumlah sel otak tumbuh mencapai miliaran, tetapi belum ada hubungan antarsel. Kualitas dan kompleksitas rangkaian hubungan antarsel otak ditentukan stimulasi lingkungan.

Tidak pernah ada kata terlalu awal untuk mulai memberikan stimulasi. “Sejak dalam kandungan, bayi sudah bisa distimulasi dengan cara mengajaknya berkomunikasi, menyentuh perut, mendengarkan musik, atau lantunan Al Quran,” kata dr Koesnadi, ahli tumbuh kembang anak dari Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, dalam acara media workshop yang diadakan oleh Frisian Flag di Jakarta beberapa waktu lalu.

Setelah lahir, stimulasi harus terus dilakukan untuk meningkatkan koneksi otaknya. Stimulasi pada usia dini bisa dilakukan dalam kegiatan sehari-hari, seperti saat menyusui, menggendong, memandikan, atau memakaikan baju. Stimulasi pada bayi berusia kurang dari tiga bulan dilakukan dengan mengupayakan rasa aman dan nyaman, misalnya dengan memeluk, menatap mata, atau mengajak berbicara.

Para pakar perkembangan anak menegaskan bahwa lingkungan merupakan salah satu elemen penting untuk kecerdasan bayi. Bayi yang dibesarkan di lingkungan yang penuh kasih sayang dan aman akan memiliki emosi yang baik. Sebuah studi menemukan bahwa anak yang mengalami masalah dalam kehidupan awalnya memiliki otak yang ukurannya 30 persen lebih kecil daripada anak yang normal.

“Stimulasi harus diberikan dalam suasana menyenangkan dan penuh kasih sayang. Orangtua juga harus peka terhadap kebutuhan anak,” kata psikolog anak, Efriyani Djuwita MSi. Ini berarti orangtua memerhatikan minat, keinginan, atau pendapat anak. “Tiap anak adalah unik dan memiliki perbedaan individual. Orangtua sebaiknya menyesuaikan,” tambah psikolog yang akrab disapa Ita ini.

Pemberian stimulasi hendaknya juga memerhatikan waktu. “Ada critical atau sensitive periode di mana rangsangan akan lebih mudah diserap atau diterima anak. Intinya sesuaikan dengan perkembangan yang sudah dikuasai anak, misalnya sebelum mengajarkan menulis, ajari dulu anak cara memegang pensil,” imbuhnya. Orangtua juga jangan memaksakan kehendak jika anak sedang mengantuk, bosan, atau ingin melakukan permainan yang lain.

Menurut dr Koesnadi, agar stimulasi yang diberikan lebih optimal, stimulasi harus diberikan bertahap, dalam berbagai variasi dan berulang-ulang. Sel-sel saraf dalam otak merupakan suatu jaringan sel yang berfungsi sebagai “kabel telepon” yang secara teratur akan saling mengirimkan gelombang elektronik berupa sinyal atau “pesan”.

Aktivitas listrik yang terjadi secara berulang-ulang atau kontinu pada sel-sel otak si kecil inilah yang akan mampu mengubah struktur fisik otak secara luar biasa sehingga menghasilkan kemampuan-kemampuan baru sebagai proses perkembangan fungsi otak. Semakin sering otak menerima “data”, semakin sering pula suatu kemampuan diasah sehingga mencapai tahap “mahir” atau piawai.

Stimulasi yang bervariasi dalam suasana yang menyenangkan tidak hanya memacu berbagai aspek kecerdasan anak, tetapi juga membuat anak bahagia. Itu sebabnya, Ita menekankan relasi yang dekat antara orangtua dan anak. Jika orangtua sama-sama sibuk bekerja di luar rumah, perlu diperhatikan waktu yang berkualitas (quality time). Misalnya memanfaatkan waktu makan bersama untuk mengenalkan aneka ragam makanan, membacakan buku cerita sambil menemani anak minum susu, atau berolahraga dan mengenal alam pada akhir pekan.

“Orangtua harus menciptakan rasa aman dan mendorong keberanian anak berkreasi. Berikan pujian atas keberhasilan anak berperilaku baik dan berikan koreksi bila anak membuat kesalahan,” urai Ita.
Kebutuhan nutrisi
Selain stimulasi dini, agar tumbuh kembang optimal, kebutuhan nutrisi anak juga harus dipenuhi sejak dalam kandungan. Kebutuhan nutrisi termasuk pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan pendamping ASI yang sehat dan bergizi. Untuk membantu perkembangan otak bayi, anak butuh nutrisi yang cukup berupa protein, energi, serta asam lemak esensial seperti AA, DHA, asam amino esensial, serta mineral.

Di otak, DHA adalah membran yang paling penting berkaitan dengan fungsi sambungan antar sel-sel saraf. Sementara asam amino esensial dibutuhkan karena tubuh bayi tidak dapat memproduksinya. Asam amino esensial, seperti tirosin dan triptofan, bersama-sama dengan mineral dan kolin akan membuat kinerja otak lebih baik lagi untuk tumbuh kembang optimal.

Selain kualitas, kuantitas makanan bayi juga perlu diperhatikan. Hendaknya nutrisi makro dan mikro diberikan dalam jumlah yang sesuai dengan angka kecukupan gizi (AKG). Hal ini bisa dipenuhi dari tiga kali makan utama, dua kali makanan selingan (snack), dan dua gelas susu setiap hari.

Jumlah percabangan saraf (sinaps) di otak bayi akan bertambah atau berkurang tergantung apakah otak diberi stimulasi atau tidak. Untuk merangsang perkembangan anak, orangtua bisa melakukannya melalui berbagai aktivitas yang menyenangkan, mulai dari bermain “ciluk-ba”, hingga mengajak anak melakukan kegiatan luar ruang.

Menurut dr. Koesnadi Rusmil, Sp.A (K) ahli tumbuh kembang anak dari RS Hasan Sadikin Bandung, usia 0-5 tahun merupakan periode emas untuk tumbuh kembang anak. “Pada periode ini anak bisa dirangsang untuk mencapai kecerdasan yang lebih tinggi,” paparnya dalam acara media edukasi yang diadakan oleh Frisian Flag di Jakarta beberapa waktu silam. Lebih lanjut, ia menguraikan kegiatan apa saja yang bisa dilakukan orangtua untuk menstimulasi perkembangan otak anak.

Usia 0-3 bulan
Stimulasi dilakukan dengan mengupayakan rasa aman, nyaman, dan menyenangkan. Antara lain dengan memeluk, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, dan berbicara. Anda juga bisa merangsang indera penglihatan dan pendengaran dengan cara membunyikan mainan berbunyi atau berwarna mencolok.

Usia 3-6 bulan
Di usia ini stimulasi ditambah dengan bermain “cilukba”. Bayi dirangsang untuk tengkurap, telentang, bolak- balik, serta duduk.

Usia 6-9 bulan
Ajak anak bersalaman, memanggil namanya, dibacakan dongeng, serta dirangsang untuk berdiri.

Usia 9-12 bulan
Rangsang kreativitasnya dengan cara mengajak ia bermain balok atau memasukkan mainan ke wadah. Ajar anak menyebut mama-papa, ibu-ayah, atau kakak.

Usia 12-18 bulan
Biarkan anak berlatih mencorat-coret dengan pensil warna, bermain boneka, belajar berjalan, menendang bola, serta menggunakan alat makan.

Usia 18-24 bulan
Anak distimulasi dengan menanyakan, menyebutkan, dan menunjukkan bagian tubuh, mengenal nama binatang dan benda-benda di sekitar rumah. Rangsang kecerdasan bicara anak dengan mengajaknya bicara tentang kegiatan sehari-hari atau kegiatan mendongeng.

Usia 2-3 tahun
Ajari anak mengenal konsep ukuran besar dan kecil, di dalam dan luar, mengenal warna, menyebutkan nama teman-temannya. Anak juga sudah bisa diajari menggunakan toilet (toilet training).

Usia 3-4 tahun
Setelah usia tiga tahun, kegiatan stimulasi diarahkan untuk mempersiapkan anak memasuki dunia sekolah. Misalnya mengajari anak memegang pensil atau mewarnai gambar. Orangtua juga bisa menjadikan kegiatan makan bersama sebagai sarana untuk mengenalkan balita pada variasi makanan dan membiasakan keterampilan makan yang baik.

Secara genetika, otak anak yang terlahir memang tidak bisa diubah lagi, namun bisa direkayasa oleh lingkungan sekitarnya. Dalam makalah yang ditulis Prof Dr Soemarmo Markam SpS, Dr Andre Mayza SpS, dan Dr Herry Pujiasuti SpS, dari bagian Neurologi FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, dijelaskan otak manusia bisa dimaksimalkan fungsinya dengan merekayasa lingkungan sekitarnya.

Menurut Prof Soemarmo, ketika bayi lahir berat otak kurang lebih 350 gram. Pada perkembangannya, terjadi penambahan berat otak bayi. Pada umur tiga bulan berat otak 500 gram, usia enam bulan 650 gram, umur sembilan bulan beratnya mencapai 750 gram, menginjak umur 12 bulan menjadi 925 gram, dan pada umur 18 bulan mencapai 1.000 gram.

Satuan yang membentuk otak ialah sel saraf yang merupakan neurochips, yang jumlahnya sedikitnya 100 miliar buah. Sel saraf ini mempunyai banyak synapsis (sambungan antarneuron). Semakin banyak synapsis, semakin banyak neuron yang menyatu membentuk unit-unit. Kualitas kemampuan otak dalam menyerap dan mengolah informasi tergantung pada banyaknya neuron yang membentuk unit-unit.

Setelah bayi lahir, jumlah sel sarafnya sendiri tidak bertambah lagi, karena sel saraf tidak dapat membelah diri
lagi. Tetapi, synapsis–juluran, istilah awamnya–mempunyai daya untuk bercabang-cabang dan membuat ranting-ranting hingga usia lanjut.

Keajaiban otak ini bila diprogram dengan cara belajar, maka cabang dan ranting juluran saraf akan tumbuh dan berkembang dan saling menjalin dan membentuk hubungan (networking).

“Sebaliknya, apabila tidak digunakan, cabang-cabang ini akan melisut atau mengecil dan dapat menghilang hingga hubungan antarsel menjadi kurang rimbun, atau lebih gersang,” ujar Prof Soemarmo.

Pertumbuhan otak bisa dilihat dari peningkatan beratnya. Tetapi, itu bukan disebabkan bertambahnya jumlah sel saraf, melainkan tumbuhnya cabang juluran dan terbentuknya simpai lemak di sekitar serat-serat saraf yang sudah ada.

Lalu, bagaimana mekanisme perkembangan itu terjadi?

Menurut dr Andre Mayza SpS, ketika bayi lahir, sebagian berkas-berkas saraf ada yang belum dapat berfungsi dengan baik karena adanya isolasinya, yaitu simpai lemak belum terbentuk. Ia memberi
contoh pada bayi yang baru lahir belum dapat berdiri dan berjalan. Bayi hanya dapat melakukannya setelah berkas saraf yang mengurus gerakan mendapatkan simpai lemak yang sempurna.

Pertumbuhan jaringan otak ini tentu memerlukan gizi yang baik. Anak memerlukan semua bahan makanan dalam jumlah cukup, seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Kekurangan gizi pada usia dini dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan otak dengan akibat daya kerjanya berkurang.

Stimulasi

Stimulasi yang paling awal dilakukan untuk bayi adalah menempatkan bayi berada di ruangan terbuka. Tujuannya agar bayi bisa melihat sekelilingnya dan otaknya mendapat rangsangan lewat semua
indranya. Mulai suara, warna-warna di sekitarnya, sentuhan dari orang sekitarnya, atau ajakan bicara. Bayi yang sejak awal telah mendapatkan rangsangan melalui pendengaran bunyi bahasa, menurut dr Herry Pujiastuti SpS, bisa merangsang perkembangan pusat bahasa dalam otaknya.

Penelitian telah membuktikan bahwa ocehan bayiberumur 3-6 bulan sesuai dengan fonem bahasanya. Orang tua dan keluargapun harus mulai berbicara dengan bayi. Dari rangsangan suara melalui bahasa ini, bayi akan cepat bereaksi bila orang tuanya berbicara.

Psikolog dari Amerika Serikat, Harlow, yang kemudian dikenal dengan Eksperimen Harlow, menyimpulkan anak yang mendapat nutrisi bagus tetapi tidak mendapat rangsangan apa pun karena hidupnya terisolasi dan terpisah dari ibunya, ketika dewasa akan mengalami gangguan emosi.

Dari percobaan Harlow menunjukkan bahwa betapa pentingnya menggendong, memeluk, menimang anak untuk pembentukan karakter. Anak yang kurang atau tidak mendapat pengasuhan ibu yang baik, akan menjadi seorang yang agresif dan mudah melakukan kekerasan.

Fakta tersebut menunjukkan adanya hubungan antara pusat dan fungsi di dalam otak pada usia dini. Menurut dr Andre Mayza, pada masa perkembangan anak, hendaknya otak harus mendapatkan perangsangan, pemrograman yang baik dan seimbang. Pemrograman yang salah atau kurang pada usia dini dapat berdampak perilakunya buruk ketika dewasa. Perlu diingat, pengalaman anak di waktu kecil berpengaruh menetap dalam masa perkembangan itu. Pemrograman berarti pendidikan, berpengaruh membentuk, menentukan fungsi struktur-struktur otak bersangkutan.

Desentralisasi vs gizi

Kasus yang sering dijumpai pada anak adalah masalah kekurangan gizi, gangguan kesehatan, dan kasus cacingan. Dulu, pernah diujicobakan program PMT-AS (pemberian makanan tambahan anak sekolah) di posyandu maupun di sekolah-sekolah.

Uji coba PMT-AS pernah dilakukan pada 1991/1992 untuk mengatasi masalah kesehatan, kekurangan gizi, dan kecacingan pada anak-anak SD dan MI di beberapa daerah miskin di Indonesia, antara lain DI Aceh, DI Yogyakarta, Sumatra Barat, NTB, Bali, Jawa Tengah, NTT, Sulawesi Utara, Maluku, dan Irian Jaya.

Hasil uji coba tersebut ternyata cukup menggembirakan. Jumlah siswa yang absen sekolah menurun dan minat belajar di sekolah meningkat. Hal ini ada kaitannya dengan meningkatnya konsumsi kalori dan protein anak, serta makin berkurangnya penyakit cacing sehingga ketahanan fisik anak membaik, dan pada gilirannya prestasi belajar membaik.

“Hendaknya, masalah perbaikan gizi pada anak untuk memacu tumbuh kembang otak dan ketahanan tubuh ini harus dilakukan mulai dari tingkat atas hingga ke organisasi terkecil, yakni keluarga.
Pendidikan akan pentingnya makanan bergizi dan seimbang perlu diterapkan di tiap keluarga,” ujar Meyda.

Ia mengkhawatirkan apabila desentralisasi yang terkait dengan otonomi daerah yang telah dilaksanakan sekarang ini hanya mementingkan bagaimana meningkatkan kekayaan daerah. “Karena, selama ini pejabat daerah lebih sibuk memikirkan bagaimana bisa cepat kaya. Padahal, investasi masa depan terlihat pada perbaikan gizi masyarakatnya. Ini investasi jangka panjang.” (fn/k2m/gz) suaramedia.com